DAMASKUS, 14 Februari 2025 – Suriah baru-baru ini mulai menerima mata uang lokal baru yang dicetak di Rusia, sebuah langkah yang dilakukan sebelum kemungkinan kejatuhan rezim Presiden Bashar al-Assad. Peristiwa ini menandakan perubahan signifikan dalam sistem keuangan negara tersebut, yang selama bertahun-tahun dilanda oleh konflik dan sanksi internasional. Keputusan untuk mencetak uang di Rusia merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mempertahankan stabilitas ekonomi di tengah krisis yang berlarut-larut.
Proses Pencetakan Uang di Rusia
Pencetakan mata uang Suriah di Rusia dilakukan oleh bank sentral negara tersebut dengan kerja sama erat antara pemerintah Suriah dan Rusia. Proses ini dimulai setelah konflik berkepanjangan yang telah menghancurkan infrastruktur Suriah, termasuk fasilitas percetakan uang di dalam negeri. Sanksi internasional yang dijatuhkan kepada Suriah sejak awal perang, ditambah dengan kerusakan pada fasilitas vital negara, memaksa pemerintah Suriah mencari solusi alternatif.
“Ini adalah langkah pragmatis untuk menjaga sistem keuangan negara berjalan. Pencetakan mata uang di luar negeri, khususnya di Rusia, membantu kami menjaga suplai uang yang dibutuhkan untuk beroperasi,” ujar Khaled al-Ahmar, seorang ekonom yang berbasis di Damaskus. Ia menambahkan bahwa, meskipun ini bukan solusi jangka panjang, langkah tersebut diambil untuk memastikan tidak terjadi krisis likuiditas yang lebih parah.
Dampak Sanksi Ekonomi dan Keputusan Pencetakan Uang
Keputusan untuk mencetak uang di luar negeri tidak lepas dari dampak yang ditimbulkan oleh sanksi ekonomi internasional. Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa, telah memberlakukan sanksi yang keras terhadap Suriah. Membatasi akses negara tersebut ke pasar internasional dan menghambat kemampuannya untuk mencetak uang dalam negeri. Hal ini mengakibatkan kelangkaan mata uang lokal dan memicu inflasi yang tinggi, yang pada gilirannya menambah penderitaan ekonomi bagi masyarakat Suriah.
Menurut data yang dikeluarkan oleh lembaga internasional, inflasi di Suriah telah mencapai lebih dari 100% selama beberapa tahun terakhir. Dengan harga barang-barang pokok melonjak tajam. Di kota-kota besar seperti Damaskus dan Aleppo, nilai tukar pound Suriah terhadap dolar AS telah jatuh drastis. Menyebabkan peningkatan harga barang impor yang sangat meresahkan warga.
“Keputusan untuk mencetak uang di Rusia adalah langkah yang tidak dapat dihindari. Namun, ini hanya solusi sementara. Tanpa mengatasi masalah utama, yaitu sanksi ekonomi dan ketegangan politik yang ada, ekonomi Suriah akan terus mengalami kesulitan,” kata Dr. Mahmoud Sayed, seorang analis ekonomi di Beirut.
Peran Rusia dalam Pemulihan Ekonomi Suriah
Rusia telah menjadi sekutu utama bagi pemerintah Suriah sejak awal perang saudara yang dimulai pada tahun 2011. Dengan dukungan militer dan ekonomi yang signifikan, Rusia memainkan peran penting dalam menjaga rezim Bashar al-Assad tetap berkuasa. Selain bantuan militer, Rusia juga membantu Suriah dalam pemulihan ekonomi, termasuk pencetakan uang dan penyediaan bahan bakar yang sangat dibutuhkan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia dan Suriah telah menandatangani sejumlah kesepakatan yang melibatkan bantuan ekonomi dan infrastruktur. Salah satunya adalah penyediaan energi, di mana Rusia mengirimkan pasokan energi untuk membantu menopang ekonomi Suriah yang terpuruk.
“Bantuan Rusia sangat penting bagi kelangsungan hidup pemerintah Suriah. Kami melihat hubungan ini sebagai kemitraan strategis yang menguntungkan kedua belah pihak,” ujar seorang pejabat Suriah yang enggan disebutkan namanya.
Potensi Dampak Politik dan Sosial bagi Suriah
Meski pencetakan uang di luar negeri mungkin membantu stabilitas jangka pendek, namun dampaknya terhadap masyarakat Suriah tetap besar. Di tengah upaya pemerintah untuk menjaga kestabilan ekonomi, banyak warga Suriah yang masih hidup dalam kesulitan. Tingginya tingkat pengangguran, kerusakan infrastruktur, dan ketidakpastian politik terus menambah ketegangan sosial di negara yang telah hancur akibat perang.
Pada saat yang sama, keputusan ini memperkuat ketergantungan Suriah pada Rusia, yang semakin mendominasi arena politik dan ekonomi negara tersebut. Hal ini berpotensi menambah ketegangan dengan negara-negara Barat yang mendukung oposisi terhadap Assad. Selain itu, beberapa pengamat politik memperkirakan bahwa kebijakan seperti ini akan semakin membuat Suriah terisolasi dari dunia internasional. Kecuali negara-negara yang berpihak pada pemerintah Assad.
“Suriah kini terperangkap dalam ketergantungan yang semakin dalam terhadap Rusia. Meskipun Rusia menawarkan bantuan, negara ini menghadapi tantangan berat dalam hal rekonstruksi jangka panjang, terutama jika ketegangan dengan negara-negara Barat tidak dapat diselesaikan,” ujar Ahmad al-Jabari, seorang analis politik yang berbasis di Istanbul.