PYONGYANG, 14 Februari 2025 – Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, melakukan kunjungan langka ke makam ayahnya, Kim Jong-il, di Kumsusan Palace of the Sun pada Selasa, 13 Februari 2025. Kunjungan ini menjadi sorotan dunia. Mengingat peran pentingnya dalam sejarah kepemimpinan Korea Utara dan jarangnya Kim Jong-un melakukan ziarah tersebut secara publik.
Kim Jong-un, yang mengambil alih kepemimpinan negara setelah meninggalnya sang ayah pada 2011. Terlihat mengenakan pakaian hitam khas yang menjadi simbol kehormatan dan penghormatan. Ia ditemani oleh sejumlah pejabat tinggi negara dan anggota keluarga dekat. Ziarah ini dilakukan dalam rangka memperingati hari kelahiran Kim Jong-il. Jatuh pada tanggal 16 Februari setiap tahun, yang juga dikenal sebagai Hari Matahari.
Kunjungan yang Mengandung Makna Politik dan Emosional
Bagi warga Korea Utara, tanggal 16 Februari adalah hari penting yang memperingati kelahiran Kim Jong-il, ayah sekaligus penerus pertama kepemimpinan dinasti Kim. Kunjungan Kim Jong-un ke makam ayahnya tidak hanya mencerminkan penghormatan pribadi. Tetapi juga menunjukkan kelanjutan dan keteguhan dinasti Kim dalam memimpin negara.
Dalam pernyataan yang disampaikan oleh media negara, Kim Jong-un mengungkapkan rasa terima kasih dan penghormatan kepada ayahnya yang telah meletakkan dasar-dasar kepemimpinan Korea Utara. “Ayah saya telah mewariskan kekuatan yang luar biasa, dan saya akan terus berusaha untuk menjaga dan melanjutkan visi yang telah beliau bangun untuk negara ini,” ujarnya. Pernyataan tersebut disampaikan dalam suasana penuh emosi, yang menunjukkan kedekatan pribadi Kim Jong-un dengan sosok ayahnya.
Namun, selain makna emosional, kunjungan ini juga dianggap memiliki implikasi politik yang signifikan. Kunjungan ini dapat dilihat sebagai simbol bahwa Kim Jong-un masih berdiri teguh dalam menjalankan pemerintahan Korea Utara. Sesuai dengan garis politik yang ditetapkan oleh sang ayah. Hal ini sekaligus memperkuat posisi dan legitimasi kepemimpinan Kim Jong-un di mata rakyatnya. Meskipun telah lebih dari satu dekade sejak Kim Jong-il meninggal.
Reaksi Dunia Terhadap Kunjungan Kim Jong-un
Kunjungan Kim Jong-un ke makam ayahnya ini menarik perhatian internasional. Di tengah ketegangan yang masih berlangsung antara Korea Utara dengan negara-negara besar. Termasuk Amerika Serikat dan sekutunya, banyak pihak yang mengamati dengan cermat pernyataan dan gerak-gerik Kim Jong-un. Para pengamat politik berpendapat bahwa tindakan ini mencerminkan tekad pemimpin Korea Utara. Untuk menjaga tradisi dan melanjutkan kebijakan yang telah diwariskan oleh ayahnya.
“Langkah ini menunjukkan bahwa Kim Jong-un tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar yang telah dibangun oleh Kim Jong-il. Terutama terkait dengan ketahanan negara dan kebijakan dalam negeri yang menekankan kemajuan ekonomi serta kekuatan militer,” ungkap John Smith, analis politik yang mengamati perkembangan Korea Utara dari Seoul. Ia juga menambahkan bahwa dalam situasi internasional yang tidak pasti. Kim Jong-un berusaha untuk menunjukkan bahwa kekuasaannya tetap solid, baik secara internal maupun dalam hal hubungan luar negeri.
Meski demikian, banyak pihak yang menilai bahwa keputusan untuk melakukan kunjungan ini juga dapat diartikan sebagai sinyal bagi negara-negara besar. Untuk tidak meremehkan kekuatan dan keteguhan politik Korea Utara. Dengan memperlihatkan kedekatannya dengan ayahnya yang sangat dihormati, Kim Jong-un mencoba memperkuat legitimasi politiknya. Baik di dalam negeri maupun di panggung internasional.
Kunjungan ini Meningkatkan Isu Ketegangan Geopolitik
Tentu saja, meskipun kunjungan ini lebih bersifat pribadi dan simbolis, tidak dapat dipungkiri bahwa hal ini turut memberikan dampak pada situasi geopolitik. Ketegangan antara Korea Utara dan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, tetap menjadi masalah yang belum terselesaikan. Terlebih, dengan program nuklir dan pengembangan senjata Korea Utara yang menjadi salah satu isu utama di dunia internasional. Setiap langkah Kim Jong-un kerap dipantau dengan seksama.
Meskipun kunjungan tersebut tidak terkait langsung dengan kebijakan luar negeri, langkah ini tetap mengundang perhatian. Beberapa negara, khususnya Amerika Serikat, menganggap bahwa perayaan atau penghormatan terhadap Kim Jong-il dapat dijadikan momentum bagi Korea Utara. Menunjukkan kekuatan mereka di dunia internasional.
Namun, di sisi lain, beberapa pengamat menilai bahwa kunjungan ini lebih menggambarkan sisi manusiawi Kim Jong-un, yang turut merayakan momen penting dalam sejarah keluarga dinasti Kim. “Kunjungan semacam ini bisa saja mengingatkan kita bahwa meskipun Kim Jong-un adalah seorang pemimpin otoriter, ia juga seorang anak yang menghormati orang tuanya,” ujar Lee Kyu-hyung, seorang analis dari Seoul National University.